Selasa, 07 Februari 2012

Menyingkap Tabir Dibalik Fenomena Jilbab GauL

Fenomena menarik yang saat ini mulai menyebar di kalangan hawa adalah fenomena berjilbab. Di mana-mana saat ini sangat mudah kita temui para wanita yang mulai memakai jilbab. Jilbab sendiri secara sederhana berarti kain yang menutup tubuh wanita. Sebenarnya terdapat sedikit kerancuan pemakaian kata jilbab yang sering disamaartikan dengan istilah kerudung. Jilbab yang fungsinya menutup seluruh tubuh tentu saja berbeda dengan kerudung yang hanya digunakan untuk menutup kepala. Karenanya,

dalam tulisan kali ini saya ingin membahas fenomena berjilbab/ trend menutup aurat yang berkembang di kalangan muslimah saat ini.
Jika dibandingkan dengan masa orde baru, jumlah pemakai jilbab saat ini tentu mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Jika dulu muslimah tidak diberi kebebasan penuh mengenakan jilbab, maka pada era ini tak ada lagi larangan bagi para muslimah yang ingin menjalankan syariat Rabbnya. Wanita-wanita yang mengenakan jilbab tak hanya berasal dari golongan ibu-ibu arisan, namun sudah merambah ke kalangan pelajar, mahasiswi, pegawai, ibu-ibu pejabat, hingga para selebritis pun tak ketinggalan ramai-ramai mengenakan jilbab. Namun jika diperhatikan, di balik semaraknya penggunaan jilbab saat ini terselip penurunan kualitas jilbab itu sendiri. Tanpa disadari, jilbab yang menjadi trend justru jilbab yang semakin jauh dari yang disyariatkan Allah.
Sering ditemui wanita-wanita berjilbab namun dengan pakaian ketat, tipis, hingga telihat dengan jelas lekuk-lekuk tubuh mereka. Belum lagi, kerudung yang tak kalah tipis dan pendek pun dililitkan ke leher sehingga semakin memperlihatkan aurat mereka di balik kain yang membungkusnya. Padahal tubuh wanita ibarat perhiasan yang tak ternilai harganya, karenanya siapa lagi yang akan melindunginya dari pencuri-pencuri liar jika bukan wanita itu sendiri. Jika menyaksikan kenyataan seperti ini, tentu tak heran jika semakin hari semakin banyak pemberitaan kejahatan yang menimpa kaum wanita. Namun hal ini tentu tak dapat langsung menyadarkan para wanita karena fenomena berjilbab dengan cara seperti itu sudah menjadi trend yang sulit untuk dihindari. Belum lagi, jika alasan mereka berjilbab hanya karena ikut-ikutan. Untuk mengantisipasi trend berjilbab keliru yang semakin meluas, kita perlu mengkaji faktor yang menyebabkan para wanita terjebak di dalamnya.
Jika kita perhatikan, faktor utama kecenderungan wanita mengikuti trend berjilbab yang keliru ini berasal dari diri mereka sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman yang disertai keimanan yang mendalam akan kewajiban berjilbab dan hikmah mulia di baliknya. Mereka yang meyakini bahwa berjilbab bukan sekedar fashion tapi sebagai bentuk ketaatan pada Rabbnya tentu akan lebih “kebal” menghadapi arus modernisasi yang semakin menjerumuskan. Belum lagi, jika mereka memahami dengan benar hikmah dan tujuan kewajiban berjilbab. Allah berfirman:
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (  QS. Al-Ahzab: 59)
Salah satu kalam-Nya yang mulia ini telah menjelaskan bahwa di antara hikmah pensyariatan jilbab adalah agar wanita muslimah lebih mudah dikenali dan tidak mendapat perlakuan buruk. Jadi, jilbab terkait dengan identitas. Dan tentunya identitas sangat terkait erat dengan kehormatan, posisi seseorang dan cara pandang orang lain kepada seseorang tersebut. Inilah cara Islam sesungguhnya dalam memuliakan wanita. Coba apa yang anda pikirkan ketika anda berjalan di jalan dan berpapasan dengan wanita yang memakai baju ‘anaknya’ dan celana yang ‘belum jadi’. Memang akan ada yang mengatakan bahwa ia menikmati pemandangan itu, tapi jika ia jujur untuk menjawab bagaimana pendapatnya tentang wanita tersebut, maka jawabannya adalah wanita murah. Siapa yang mau disebut wanita murah? Tentu tidak ada.
Namun permasalahannya sekarang, sangat sedikit wanita yang benar-benar memahami hal tersebut. Jika pun telah memahami, mereka tetap tak beranjak karena tak kuat menghadapi trend modernisasi yang lebih kuat menjerat mereka. Media massa yang mengumbar kriteria wanita cantik dan memikat dengan pakaian serba ketat dan modis membuat mereka mau tak mau terhipnotis dan larut dalam arus modernisasi yang semakin menggeliat. Mereka membiarkan diri mereka terperosok lebih dalam demi kepuasan dan penerimaan lingkungan sekitarnya.
Beruntunglah wanita yang paham akan indahnya syariat jilbab sebagai bagian dari ajaran Islam. Bahwa Islam ingin memuliakan wanita. Ia tidak membiarkan wanita bisa dinikmati begitu saja, oleh siapa saja. Beruntunglah wanita yang paham bahwa ia semakin cantik dan dihormati dengan berjilbab sesuai dengan syariat. Yang yakin bahwa keridhaan Tuhannya adalah melebihi segalanya. Yang yakin bahwa ‘penerimaan’ dari manusia tidak semestinya menggiring ia untuk melanggar perintah-Nya. Yang yakin bahwa suami yang terbaik telah disiapkan untuknya, karena ia mentaati-Nya.
Kalau orang berkata, ya lumayanlah daripada tidak berjilbab sama sekali. Maka mari kita jawab, kalau bisa lebih baik dari itu kenapa tidak. Jika diberi penawaran sebuah istana megah, mengapa justru meminta gubuk?
Semoga Allah senantiasa mengistiqamahkan kita dalam menjalankan ajaran-ajaran-Nya yang mulia demi meraih Ridha-Nya semata, Aaamiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komen, saran, dan kritiknya...
Syukron ^,^