Bismillaah...
Entah
mengapa, hari ini hatiku terasa sangat lapang.
Mungkin
karena pagi ini ku awali dengan mengelilingi kota Banjarmasin sembari menghirup
udara pagi yang masih perawan. Lalu lalang kendaraan yang saling berpacu. Melajukan
kendaraanya menju tempat tujuan mereka masing-masing, entah itu sekolah,
kantor, atau tempat lainnya. Semua pergi dengan semangat yang baru. Saat itu,
aku memang tak menjadi bagian dari mereka. Aku hanya menjadi pengamat sekaligus
penikmat kesibukan pagi hari jalanan kota Banjarmasin.
Mungkin
juga aku merasa lapang karena banyak mimpi yang ku lalui tadi malam. Banyak
episode mimpi yang menyenangkan, walau tak semua ku ingat dengan jelas. Yang
pasti, semua hal di atas berpengaruh besar pada keadaan hatiku pagi ini. Semoga
keadaan ini terus berlanjut hingga sang hari berganti.
Jam
menunjukkan pukul 08.30 Wita. Dengan santai ku kayuh kawan setiaku, Betty,
menuju green camp tercinta. Kurang lebih beberapa meter dari camp, aku pun
menghentikan Betty untuk memberikannya asupan gizi di pagi ini. Seorang wanita
paruh baya tersenyum di hadapanku. “Dua liter, bu..!” Ucapku. Sebelum memenuhi
permintaanku, ibu tersebut menyerahkan selembar KTP padaku seraya berkata,
“Minta tolong cek ini, Nak. KTP ini masih aktif atau tidak?”
Dengan
perasaan bingung, aku segera meraih KTP itu dan masa aktifnya tertulis sampai
tahun 2013. Awalnya ku kira, KTP itu punya sang ibu, tapi saat ku lihat foto
yang terpampang di sana adalah foto seorang laki-laki.
Seolah
mengerti kebingunganku, ibu tersebut berkata, “KTP punya orang Nak, tadi beli
bensin 1 liter tapi ia tak punya uang.”
“Oh, jadi
dia meninggalkan KTP ini sebagai jaminan bu?” Tanyaku. Sebuah pertanyaan yang
tak sanggup ku ucap, terbersit, “Kok ibu ini percaya?”..
Sembari
menuangkan bensin pada Betty ku, sang ibu kembali berbicara. Seolah mengetahui
pertanyaan dalam benakku, beliau berkata:
“Sudah
sering nak, yang seperti itu. Kadang-kadang ada yang ngutang dulu dua liter,
ada yang satu liter, bahkan ada yang membawa jerigennya terus pergi. Kalo yang
tadi, yah meninggalkan KTP ini.”
Hatiku
bergetar. “Terus, mereka kembali lagi nggak bu?”
“Yah,
kebanyakannya sih nggak. Jangankan orangnya nak, jerigen yang dibawa juga tidak
kembali.” Sang ibu bercerita dengan tegar. Tak terdengar nada mengeluh atau
kemarahan darinya. Meski, begitu banyak haknya yang tidak diberikan. Tanpa rasa
bersalah, orang-orang itu mengambil keuntungan dari kebaikan hati sang ibu. Aku
yakin, ibu ini bukanlah seseorang yang berkecukupan. Jika tidak, mana mungkin
beliau harus berjualan bensin setiap harinya. Tapi aku salut, beliau tidak
pernah jera berbuat baik. Dengan polos beliau malah berkata, “Kasian, nak.
Kalau melihat orang yang ‘meirit’ kendaraannya karena kehabisan bensin.
Karena tidak membawa uang, terpaksa ibu kasih utang dulu. Walaupun kebanyakan
memang tidak kembali.”
Ah, ibu.
Aku kagum pada ketulusanmu. Di tengah trend individualism yang semakin meraja,
masih ada seseorang yang tulus sepertimu. Sebelum pergi, sebuah kalimat
kuucapkan tuk semakin melapangkah hatinya.
“Tenang aja
bu, Insya Allah ada balasan tuk ibu.” Beliau tersenyum mendengar ucapanku.
Sebenarnya aku tau, sang ibu pasti telah meyakini hal itu sebelum aku
mengatakannya. Buktinya, tak terlihat dendam dan amarahnya pada orang-orang tak
bertanggung jawab itu. Bukankah itu berarti ia telah menyerahkannya pada Yang
Paling Bertanggung Jawab???...
Hari ini,
aku belajar dari seseorang yang sangat sederhana. Bukan belajar sebuah hadis,
bukan pula tafsir dari sebuah ayat, atau materi-materi kuliah lainnya. Tapi,,
hari ini aku mendapat pelajaran berharga. Pelajaran tentang ketulusan untuk
menolong orang lain dan keyakinan akan ke Maha Besar an Allah.
Terima
Kasih ibu penjual bensin, atas pelajaran mahal hari ini…
Green Camp, 20 Des ‘12